Thursday, July 16, 2009

PRINSIP ESQ POWER

(Disarikan dari catatan Leila Fatmasari Rahman, Eindhoven, alumni ESQ training)


Pada dasarnya training ESQ mengenalkan kita pada apa yang disebut dengan ESQ Model. Suatu model pedoman hidup yang memanfaatkan kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual berdasarkan nilai-nilai dari rukun iman, rukun islam dan suara hati manusia yang terangkum dalam Asmaul Husna. ESQ model terdiri dari tiga tahap, yaitu penjernihan emosi (zero mind process) yang didasarkan pada Asmaul Husna, membangun mental (mental building) yang didasarkan pada rukun iman, serta ketangguhan pribadi dan sosial (personal and social strength) yang didasarkan pada rukun islam.
Bagian pertama training ESQ membahas soal tahap pertama ESQ model yaitu penjernihan emosi. Bagian kedua difokuskan kepada tahap membangun mental dan hari ketiga membahas detail soal ketangguhan pribadi dan sosial.

Pada tahap penjernihan emosi, kita berusaha menjernihkan belenggu-belenggu pikiran yang sering kali mencegah kita untuk mendengar suara hati. Dalam hati kita masing-masing, sebenarnya telah dihembuskan sifat-sifat fitrah manusia yang menyerupai sifat-sifat Tuhan. Kenapa bila kita melihat orang kesulitan, kita ingin menolong, bila kita melihat film heroik, kita akan merasa terharu, bila kita melihat teman menuntut ilmu untuk maju, kita pun ingin melakukan hal yang sama?

Karena dalam jiwa setiap manusia, tidak peduli apakah dia dari Asia, Amerika, Afrika, Australia atau Eropa, apakah dia Muslim, Kristiani, Hindu, Budha atau penganut kepercayaan lain, memiliki suara hati yang sama, yaitu suara hati pengasih dan penyayang, suara hati menjunjung tinggi integritas dan kesetiaan, suara hati ingin maju, dan berbagai suara hati lainnya. Suara hati ini menyerupai sifat-sifat Asmaul Husna, seperti Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Penolong, Maha Benar, Maha Menegakkan, Maha Mengetahui, dan lainnya yang berjumlah 99. Sifat-sifat inilah yang dihembuskan Allah kepada jiwa tiap insan manusia ketika dia berada dalam kandungan ibu. Tiap manusia memiliki suara hati ini, tapi volume suara ini berbeda-beda. Ada yang mendengarnya dengan jelas, ada yang mendengarnya dengan sayup-sayup, bahkan ada yang tidak mendengarnya sama sekali. Beberapa belenggu pikiran menyebabkan volume suara hati ini meredup. Belenggu-belenggu ini antara lain: prasangka, prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, pembanding, dan literatur. Pada training ESQ, kita dilatih untuk mengenali sifat fitrah manusia yang berupa suara hati tersebut dan kita diajak mengenali sifat-sifat Allah yang terangkum dalam Asmaul Husna. Kita juga disadarkan akan belenggu-belenggu pikiran yang sering kali menutupi suara hati kita, padahal suara hati ini sering kali memberi informasi penting dalam pengambilan berbagai keputusan, sehingga setiap keputusan yang kita ambil adalah keputusan terbaik yang akan membawa berkah dan diridhoi oleh Allah SWT. Selain itu, jika kita bertindak berdasarkan suara hati, Insya Allah akan menimbulkan reaksi positif dari orang lain, mengingat suara hati tersebut bersifat fitrah dan universal.

Berwudhu dan berzikir adalah salah satu cara efektif untuk menghilangkan belenggu-belenggu pikiran ini.

Bagian pertama juga membahas mengenai hubungan antara IQ, EQ dan SQ. Mengapa IQ dan EQ saja tidak cukup untuk menghadirkan kebahagiaan yang sejati. Ary Ginanjar membandingkan secara cerdas metode ESQ dengan metode IQ, EQ dan SQ yang diajukan oleh berbagai pemikir barat masa kini.

Bagian kedua membahas soal membangun mental. Ada enam prinsip yang perlu kita pegang untuk membangun mental cerdas yang kuat dan tidak mudah goyah. Enam prinsip ini didasarkan pada enam rukun iman. Prinsip-prinsip ini antara lain: star principle, angel principle, leadership principle, learning principle, vision principle dan well organized principle. Prinsip-prinsip ini dikenalkan dengan cara yang variatif, menarik, dan juga mengharukan. Pemberian materi disajikan dalam bentuk permainan, presentasi interaktif, pertunjukan dan juga renungan.

Star principle menyadarkan kita bahwa prinsip hidup yang paling penting bukanlah uang, anak, keluarga, jabatan, kesehatan, wanita, pendidikan atau yang lainnya. Hal-hal tersebut sifatnya tidak abadi, bisa hilang dalam sekejap mata, dan bahkan bisa membawa kita ke jurang kehancuran. Penyajian materi star principle meliputi survey dari peserta dan juga penjelasan dalam bentuk pertunjukan menarik yang dibawakan oleh para trainer. Renungan syahdu juga membuat peserta menangis tersedu-sedu menyadari betapa selama ini kita lebih mementingkan hal-hal yang bersifat duniawi dan mengesampingkan Allah SWT. Astagfirullah al-‘Azhim.

Prinsip kedua adalah angel principle. Prinsip ini mengajak kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik karena kita tahu segala perbuatan kita akan dicatat oleh malaikat Allah, dan kita mengharapkan balasan hanya dari Allah, bukan berupa penghargaan dari orang lain. Berbagai cerita dan pengalaman menarik dipresentasikan pada saat training. Banyak contoh perbuatan-perbuatan yang didasarkan oleh angel principle akan membawa berkah besar dari arah yang tidak diduga-duga.

Prinsip ketiga, atau leadership principle membahas soal tangga kepemimpinan yang terdiri dari: pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya, pembimbing, pemimpin yang berkepribadian dan pemimpin yang abadi. Ada banyak pemimpin besar di dunia ini muncul silih berganti, namun pengaruhnya hilang begitu mereka turun dari tampuk kekuasaan. Bahkan banyak pula yang berakhir dalam kehancuran. Pada training ESQ, peserta diberi permainan yang memberi gambaran akan sulitnya menjadi pemimpin dalam keadaan yang kacau. Lalu peserta akan dikenalkan kepada seorang pemimpin abadi, yang telah berhasil melewati lima tangga kepemimpinan tadi dengan sukses. Beliau tercantum pada urutan pertama seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah yang dikompilasi oleh Michael Hart pada tahun 1978. Pengaruhnya setelah beliau wafat terus bergema hingga 1400 tahun kemudian atau hingga masa kini. Beliau tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Perkataan dan tingkah lakunya menjadi panutan umat Islam di seluruh dunia dan bimbingannya membawa umat manusia ke arah yang lebih baik bahkan hingga masa kini. Shalawat dan salam kita tujukan kepada junjungan kita tercinta Nabi Muhammad SAW. Untuk menjadi pemimpin abadi, hendaklah kita mencontoh kepemimpinan para nabi dan rasul Allah yang memprinsipkan tindakannya pada suara hati yang fitrah yang berasal dari sifat Allah SWT.

Prinsip keempat adalah learning principle. Pembahasan mengenai prinsip ini diawali dengan pengenalan terhadap metode Kaizen yang dianut orang Jepang. Kaizen artinya proses penyempurnaan secara terus-menerus yang tiada henti. Orang Jepang selalu berusaha mempelajari teknologi dari bangsa barat lalu disempurnakan menjadi teknologi baru yang lebih baik. Dalam hal ini Kaizen juga berarti mengambil yang baik, membuang yang buruk dan menciptakan yang baru. Dalam training, kita akan dijelaskan mengenai bagaimana surat Al-Fatihah mengandung metode yang lebih dahsyat dari metode Kaizen jika saja kita menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Al-Qur’an mengandung berbagai ilmu dan kebenaran yang datangnya dari Allah SWT. Pesan-pesan yang terdapat di dalamnya hendaklah kita jadikan pedoman hidup dan kita gali maknanya dengan menggunakan ilmu pengetahuan. Banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menghimbau kita untuk terus menuntut ilmu, terus membaca, terus berpikir dan terus menyempurnakan segala sesuatunya. Banyak juga ayat-ayat Al-Quran yang telah terbukti kebenarannya lewat analisa ilmu pengetahuan masa kini. Dalam training ini kita juga ditunjukkan peninggalan-peninggalan ilmuwan muslim di masa kejayaan Islam. Subhanallah, betapa para ilmuwan muslim di Timur Tengah dan Eropa saat itu menguasai teknologi luar biasa canggih pada masanya. Semangat menggali ilmu yang sangat besar itu didorong oleh nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadist.

Prinsip kelima atau vision principle membahas bahwa kita sebagai muslim mempunyai visi hidup yang jelas. Visi kita paling utama, atau orientasi jangka panjang kita adalah hari kiamat. Pada hari ini kita ingin selamat dan diberi jalan ke pintu surga dengan mudah. Dengan visi yang jelas ini kita bisa menetapkan orientasi jangka menengah dan jangka pendek dalam mengarungi hidup di dunia ini, sehingga hidup kita selalu produktif dan tidak diisi dengan hal yang sia-sia. Para trainer ESQ akan menjelaskan seperti apakah orientasi jangka menengah dan jangka pendek ini.

Pada penjelasan mengenai prinsip keenam atau well organized principle, peserta diajak bermain game tiup balon. Tiap peserta diberi balon. Pada aba-aba yang sama, peserta meniup balon, dan melepaskannya, kemudian mengambil lagi balon yang telah terbang dan jatuh, ditiup lagi dan dilepaskan lagi hingga salah satu dari peserta sampai ke garis finish. Game ini memberi gambaran usaha dan takdir dalam hidup kita. Garis finish melambangkan tujuan yang ingin kita capai. Segala tindakan kita sebaiknya dimulai dengan menetapkan tujuan. Peniupan balon menggambarkan usaha yang kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ke mana arah balon terbang menggambarkan takdir akan usaha kita tadi, karena balon bisa saja terbang langsung ke arah garis finish, atau bisa juga melalui arah yang berliku-liku.

Bagian ketiga membahas mengenai ketangguhan pribadi dan sosial yang didasarkan pada lima rukun islam, yaitu bagaimana membentuk pribadi tangguh yang cerdas sosial melalui lima tindakan berikut: mission statement, character building, self controlling, strategic collaboration dan total action.


Tindakan pertama yang perlu dilakukan untuk membentuk pribadi tangguh adalah menyatakan misi hidup atau mission statement. Apakah misi hidup kita sebenarnya? Misi hidup kita adalah dua kalimat syahadat. Menyatakan atau bersaksi secara eksplisit bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, lalu menghayatinya dengan sungguh-sungguh, dan mendasarkan segala tindakan kita pada misi ini. Cerita mengenai kisah nabi Ibrahim akan menyadarkan apa arti misi hidup kita yang sebenarnya. Rasa haru meliputi ruangan ketika kita ditakjubkan oleh keteguhan Nabi Ibrahim dalam menjalankan misi hidupnya. Subhanallah, pertanyaan yang patut diajukan adalah, sejauh mana kita menjunjung misi hidup kita yang sebenarnya? Atau mungkin kita masih punya misi hidup lain? Yang mengedepankan hal-hal duniawi dibanding mencari ridho Allah SWT? Astagfirullah al-‘Azhim, sebaiknya kita sering-sering mengevaluasi diri. Jika kita mulai merasa resah, sedih dan tidak bahagia, mungkin kita sedang lupa akan misi hidup kita yang sebenarnya.

Sesi mengenai character building dimulai dengan penggambaran karakter orang Jepang yang disiplin dan pekerja keras. Mereka berpegang pada nilai-nilai yang selalu mereka ingat dan mereka ucapkan secara eksplisit tiap harinya. Terbukti bahwa kekuatan pengulangan adalah cara efektif untuk membentuk suatu karakter. Surat Al-Fatihah mengandung nilai-nilai yang menyerupai dan bahkan lebih baik dari nilai-nilai yang dianut orang Jepang tadi, karena nilai-nilai ini didasari oleh sifat-sifat Allah yang mulia. Surat Al-Fatihah ini dibaca berulang-ulang ketika kita sholat. Sehari kita membaca surah Al-Fatihah minimal sebanyak 17 kali. Jika kita menghayatinya dengan kushyu seharusnya kita mengingat dan menerapkan nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya, seperti sifat pengasih, penyayang, agung, besar, suci, empati, bersyukur, tinggi, damai, terpuji dan mulia, hingga sifat-sifat ini akan menjadi bagian dari karakter kita.

Untuk menyingkat artikel ini, saya akan melewati pembahasan mengenai tindakan self-controlling, strategic collaboration dan total action. Pembahasan ini bisa dibaca dalam buku ESQ yang saya cantumkan pada daftar pustaka atau mungkin sebagai kejutan pada saat mengikuti langsung training ESQ ini. Tentunya masih banyak kejutan lain yang akan ditemukan pada poin-poin yang telah saya bahas sebelumnya, karena artikel ini hanyalah berupa rangkuman dari rangkaian acara yang luar biasa padat dan sarat akan materi dan kegiatan. Sarana audio visual juga akan menambah pengalaman spiritualitas tersendiri.

Berdasar konspe ESQ Power, Ary Ginanjar telah secara brilian menggabungkan intelektualitas, nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist, pengalaman hidup, berbagai pengetahuan dalam bidang psikologi, sejarah, ilmu alam, ilmu sosial, ilmu komunikasi, ilmu bisnis, marketing, teknologi dan lain sebagainya menjadi suatu model ESQ yang terpadu, logis dan menyentuh. Namun perlu diingat bahwa sebuah model adalah representasi dari suatu realitas. Suatu realitas adalah hal yang kompleks, dan sebuah model biasanya bersifat tidak lengkap atau tidak menggambarkan seluruh aspek dari realitas tersebut. Pasti ada hal-hal detail yang tidak tercakup dalam model tersebut.

Untuk itu, selain menerapkan ilmu ESQ, ada baiknya kita mempelajari agama Islam dari berbagai aspek dan sumber sehingga kita memiliki pemahaman yang mantap dan terpadu. Dengan konesep ESQ ini, kita diingatkan untuk terus berusaha memperbaiki diri, terus menggali ilmu dan memanfaatkannya untuk menggapai ridho Allah SWT.


Daftar Pustaka
- Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001
- Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER: Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan. Jakarta: Arga, 2003.
CIRI-CIRI MANUSIA UNGGUL

Oleh: Bahagian Penerbitan JAKIM

Pendahuluan

Manusia unggul adalah mereka yang memenuhi ciri-ciri individu Islam yang sebenarnya menurut kehendak Al-Quran dan as-Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan. Bagi mewujudkan manusia unggul, seseorang itu hendaklah memiliki ciri-ciri keunggulan iaitu keimanan yang utuh, amal lbadat yang meliputi lbadat khususiah dan fardhu kifayah dan akhlak mulia yang merupakan cermin keimanan dan amal salih.

1. Keimanan Yang Utuh

Keimanan kepada Allah swt adalah paksi pembinaan negara dan ummah. Dengan keimanan itu akan lahirlah individu yang unggul dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah demi kebaikan dania dan akhirat. Allah swt berfirman dalam surah al-Asr:

“Demi masa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal salih yang berpesan dengan kebenaran dan berpesan dengan kesabaran”:( Surah al-Asr : 1-3)

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan bahawa manusia yang beruntung ialah mereka yang beriman dan beramal salih.

Beriman kepada Allah adalah proses peralihan jiwa manuisa daripada menganggap dirinya bebas daripada sebarang kuasa dan ikatan serta tanggungjawab kepada ketundukan mengaku tanpa syarat bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu Rasulullah.

Iman merangkumi tiga unsur utama, pengetahuan yang mendalam, kepercayaan yang jitu dan keyakinan yang teguh. Ketiga-tiga unsur ini akan membentuk iman yang kukuh yang menjadi tonggak kekuatan ruhaniyah yang cukup kental untuk membina jiwa dan jasmani manusia. Keteguhan iman juga merupakan penghalang daripada melakukan kejahatan dan maksiat.

2. Pelaksanaan Amal lbadat

Keimanan tanpa ketaatan melalui amal lbadat adalah sia-sia. Seseorang yang berperibadi unggul akan tergambar jelas keimanannya melalui amal perbuatan dalam kehidupan sehariannya. Bahkan jika dikaji tujuan Allah menjadikan manusia itu sendiri ialah supaya beribadat kepada-Nya. Firman Allah swt :

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia itu melainkan untuk beribadat”: ( Surah az-Zariat : 56)

lbadat adalah bukti ketundukan seseorang hamba setelah mengaku beriman kepada Tuhannya. lbadat yang dimaksudkan di sini termasuklah lbadat khususiah yang menyentuh fardhu ain dan juga fardhu kifayah yang merangkumi hubungan manusia sesama manusia.

Justeru itu, bagi individu yang berperibadi unggul, seluruh hidupnya baik hubungannya dengan Pencipta ataupun masyarakat adalah dianggap ibadat. Allah swt berfirman:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman iaitu orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, orang yang menjauhkan dirinya (dari perbuatan) yang tidak berguna, orang yang menunaikan zakat dan orang yang menjaga kehormatannya kecuali terhadap isteri-isterinya atau hamba yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela”. ( Surah al-Mukminun : 1-6 )

3. Akhlak Mulia

Akhlak mulia bagi peribadi unggul adalah hasil keimanan yang kental. Ini disebabkan tali ikatan yang menjalinkan hubungan antara individu dengan masyarakat terbentuk melalui nilai-nilai dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat tersebut.

Sekiranya nilai yang diamalkan itu positif maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmoni dan diselubungi roh Islam. Rasulullah s.a.w adalah contoh utama pembentukan akhlak. Dalam sebuah hadith, baginda s.a.w bersabda:

“Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak Yang mulia”( Riwayat Ahmad )

Beberapa nilai yang baik dalam akhlak Islam yang menjadi tonggak amalan bagi melahirkan individu unggul ialah:

a) Amanah
Amanah adalah sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap orang. la adalah asas ketahanan umat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Firman Allah swt:

“Maka tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan umanahnya dan bertaqwalah kepada Allah, Tuhannya”. ( Surah al-Baqarah : 283 )

b) Ikhlas
Ikhlas adalah inti setiap ibadah dan perbuatan. Firman Allah swt:

“Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepada-Nya”:(Surah al-Bayyinah: 5)

Ikhlas akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas akan mencapai kebaikan dunia dan akhirat, bersih daripada sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian dan kesejahteraan. Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:

"Bahagialah dengan limpahan kebaikan bagi orang-orang yang bila dihadiri (berada dalam kumpulan) tidak dikenali, tetapi apabila tidak hadir tidak pula kehilangan. Mereka itulah pelita hidayat. Tersisih daripada mereka segala fitnah dan angkara orang yang zalim ".( Riwayat Imam al-Baihaqi )

c) Tekun
Islam menggalakkan umatnya supaya tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan sehingga selesai dan berjaya. Sabda Rasulullah s.a.w.

"Sesungguhnya Allah swt menyukai apabila seseorang kamu bekerja dia melakukan dengan tekun ". ( Riwayat Abu daud )

Sifat tekun akan meningkatkan produktiviti ummah, melahirkan suasana kerja yang aman dan member) kesan yang baik kepada masyarakat.

d) Berdisiplin

Berdisiplin dalam menjalankan sesuatu kerja akan dapat menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Hasrat negara untuk maju dan cemerlang akan dapat dicapai dengan lebih cepat lagi.

Dengan berdisiplin seseorang itu akan dapat menguatkan pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang.

e) Bersyukur

Bersyukur dalam konteks peribadi unggul berlaku dalam dua keadaan: pertama; sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Pencipta sama ada sedikit atau banyak, kedua; bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan daripada Allah swt supaya kebajikan sentiasa dibalas dengan kebajikan. Allah swt berfirman:

"Demi sesungguhnya jika kamu bersyukur maka Aku akan tambahkan nikmat-Ku kepada kamu dan sekiranya kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku amatlah keras ". ( Surah Ibrahim : 7 )

f) Sabar

Di dalam menghadapi cabaran hidup, kesabaran amat penting untuk membentuk peribadi unggul seperti yang dikehendaki Allah swt Firman Allah swt :

“Wahai arang-orang yang beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara perkara kebajikan) dan kuatkanlah kesabaran kamu (lebih daripada kesabaran musuh di medan perjuangan) dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu berjaya”: (Surah All Imran : 200)

g) Adil

Adil bermaksud meletakkan sesuatu pada tempatnya. Para ulama membahagikan adil kepada beberapa peringkat iaitu adil terhadap diri sendiri, orang bawahan, pemimpin atasan dan juga sesama saudara. Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud;

“Tiga perkara yang menyelamatkan iaitu takut kepada Allah ketika bersendirian dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan iaitu mengikut hawa nafsu terlampau bakhil dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri”. (Riwayat Abu Syeikh)


Kesan Manusia Beruntung Dalam Kehidupan

Seorang manusia yang memiliki sifat-sifat unggul adalah sangat beruntung kerana ia mampu mengemudi hidupnya dengan sempurna. Kondisi ini membuatkan ia dapat berperanan dengan baik kepada dirinya dan alam sekeliling.

Kesan Kepada Diri Sendiri

Manusia unggul akan berjaya melaksanakan amanah dan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya dan sentiasa dapat memenuhi tuntutan-tuntutan rohani dan jasmaninya dengan terkawal. Aspek-aspek rohani dan jasmani manuisa yang terdiri daripada empat perkara asas iaitu akal fikiran, roh, jasad dan syahwat akan dapat dididik dan dipandu berdasarkan fitrah sebenar berdasarkan fungsi kejadian manusia itu sendiri sebagai makhluk istimewa dan khalifah Allah yang diamanahkan untuk memakmurkan bumi ini.

Akal fikiran yang diciptakan Allah swt merupakan mahkota berharga yang menampilkan imej manusia. la berkeupayaan menerima ilmu, berfikir, membezakan yang baik dan buruk, boleh diajar dan dididik serta boleh menyampaikannya kepada orang lain. Melalui akal, seseorang itu mendapat hidayah dan petunjuk Allah swt menerusi pemerhatian dan penghayatan terhadap kejadian-kejadian alam dan aiaran-ajaran yang disampaikan oleh orang lain.

Al-Quran menggesa manusia supaya menggunakan akal fikiran, memerhati dan mengkaji kejadian-kejadian alam ini. Pemerhatian dan pengkajian ini mempunyai faedah yang sangat besar iaitu memenuhi dan mempertingkatkan kemajuan hidup yang kemudiannnya akan menemui hakikat kebesaran Allah swt sebagai Pencipta yang Maha Agung. Dengan itu la selaku makhluk yang mempunyai daya akal dan keupayaan akan tunduk patuh kepada kekuasaan Allah swt dengan penuh kesedaran dan akan melaksanakan kehidupan ini dalam situasi yang betul dan menuju keredhaan Allah swt.

Roh dan nyawa adalah komponen utama manusia. Adalah terlalu sulit untuk diperkatakan kerana ia sebenarnya urusan Allah swt Walaupun demikian ia amat mustahak kerana dengannya manusia boleh hidup, bernafas, mendenyutkan nadi, rnemberikan dorongan dan kekuatan perasaan.

Satu lagi komponen manusia ialah jasad yang merangkumi kulit, daging, otot, urat, darah, tulang, anggota pancaindera dan lain-lain. Masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan meyempurnakan antara satu sama lain iaitu sesuai dengan kejadian manusia yang dijadikan Allah swt sebagai sebaik-balk kejadian. Seseorang yang terdidik dengan nilai-nilai unggul, jasadnya akan bergerak di atas panduan yang betul. Dia akan menggunakan kudratnya melakukan kerja-kerja yang balk, rehat dan tidur dengan seimbangnya, memakan makanan yang bersih dan halal, menjaga kesihatan diri, mengguna dan memelihara pancaindera dari sebarang kemudharatan, dosa dan sebagainya. lni sesuai dengan firman Allah swt:

“ ... dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri ke dalam bahaya kebinasaan” (Surah al-Baqarah : 195 )

Jelasnya jasad perlu dijaga supaya tidak terdedah kepada kebinasaan, penyakit dan sebarang kecacatan kerana kesempurnaan jasad turut membantu keunggulan hidup seseorang.

Unsur seterusnya yang dikurniakan kepada manusia ialah nafsu syahwat. Imam al-Ghazali pernah mengumpamakan nafsu sebagai binatang liar, bermakna ia sesuatu yang sukar dikawal. Sekiranya nafsu dapat dididik dan dikawal, la akan menjadi jinak dan tunduk menurut segala kemahuan diri manusia. Tetapi sekiranya la tidak dididik dan dikawal, dengan mudah la menjadi raja kepada diri seseorang untuk melakukan apa sahaja kemahuan yang lebih cenderung kepada keburukan. Firman Allah swt;

“Sesungguhnya nafsu manusia itu sangat menyuruh melakukan kejahatan kecuali orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Tuhanku (maka terselamatlah ia dari hasutan nafsu itu)”. ( Surah Yusuf ; 53 )

Bagi menenuhi keinginan syahwat ini, Islam membenarkan perkahwinan. Dengan demikian umat manusia akan membiak dan berkembang dengan cara yang betul di samping sebagai salah satu pengecapan kurniaan nikmat Allah swt dalam hidup berkeluarga.

Jelasnya, kejayaan atau kegagalan seseorang itu melaksanakan tanggungjawab, khususnya kepada diri sendiri adalah bergantung kepada berjaya atau gagalnya la memenuhi tuntutan keempat-empat perkara tersebut. Aspek-aspek ini adalah asas pembangunan keluarga, masyarakat dan negara.

Kesan Kepada Keluarga

Seseorang insan yang unggul akan mudah mengatur urusan hidup keluarganya. la dapat merencanakan soal-soal penddikan, saraan, pergaulan dan pembangunan keluarganya dengan tarbiah Islamiah. la dapat menjalankan tugasnya sebagai ra'i atau ketua keluarga dan dalam masa yang sama sebagai abid atau hamba Allah yang sentiasa menjaga hubungannnya dengan Allah swt.

Dalam sesebuah keluarga, aspek-aspek kesihatan fizikal adalah sangat perlu. Ini kerana kesejahteraan pemikiran dan kerohanian seseorang bergantung rapat kepada kesejahteraan fizikal. Seseorang mukmin yang kuat adalah lebih baik daripada yang lemah. Minda yang sihat akan lahir dari tubuh badan yang sihat. Oleh itu, tarbiah jasmaniah seperti yang dituntut oleh syarak perlulah dilaksanakan dalam keadaan yang teratur. Umpamanya dalam pemilihan makanan mestilah yang bersih, balk dan dari sumber yang halal. Amalan buruk yang boleh memudaratkan badan seperti merokok, meminum minuman keras, menyalahgunakan dadah dan sebagainya, hendaklah dijauhi. Sekiranya ketentuan in] tidak dipatuhi, kesihatan jasmani akan teriejas dan boleh memberi kesan buruk kepada mental, fizikal dan spiritual.

Pendidikan rohani pula adalah aspek yang penting. la merangkumi keimanan, pengamalan syariat, pelaksanaan tanggungjawab sebagai seorang muslim serta pembangunan mental dan spiritual. Seorang ketua keluarga bertanggungjawab membentuk dan mendidik keiuarganya mengamalkan tuntutan-tuntutan yang dikehendaki oleh Islam. Dalam masa yang sama menjauhi perkara-perkara yang haram dan makruh. la juga mestilah memastikan ketulenan akidah keluarganya dan membersihkannya dari sebarang bentuk kekufuran dan kesyirikan serta mengikis jiwa dari kekotoran dan penyakit rnelalui amalan dan latihan yang mantap serta berterusan. Firrnan Allah swt:

“Sesungguhnya berjayalah orang yang ( setelah menerima peringatan itu) berusaha membersihkan dirinya (dengan taat dan amal soleh) dan menvebut-nyebut dengan lidah dan hatinya akan nama Tuhannya serta mengerjakan sembahyang ( dengan khusyuk)”:( Surah al-A' la : 14-15 )


Seperti yang telah dinyatakan akal fikiran sangat berharga bagi manuisa. Islam juga menuntut umatnya supaya menggunakan akal fikiran dengan betul. Islam menyuruh manusia supaya menuntut ilmu yang bermanfaat dan ilmu itu pula hendaklah disebarkan melalui proses pengajaran dan pengembangan.

Seiring dengan kekuatan pemikiran, pendidikan akhlak adalah amat mustahak. Seseorang ketua yang unggul adalah model yang berkesan dalarn pendidikan akhlak kehiarganya. la perlu membimbing ahli keluarganya dengan akhlak Islamiah berdasarkan ilmu dan pengalaman yang ada padanya. Kegagalan sesetengah keluarga untuk mengamalkan akhlak islamiah kebanyakannya berpunca daripada kegagalan ketua keluarga atau ibu bapa masing-masing yang tidak mengamalkan nilai-nilai murni seperti yang ditetapkan oleh Islam. Sebab itulah ibu bapa perlu membentuk keunggulan diri mereka terlebih dahulu sebelum amalan itu dapat diperturunkan kepada anak-anak mereka.

Seorang ketua keluarga juga dapat mengatur soal kehidupan ekonomi dan sosial keluarganya berpandukan nilai-nilai yang balk, la akan mempunyai rasa tanggungjawab untuk mempertingkatkan taraf hidup keluarganya dengan mengamalkan sikap bersungguh-sungguh dalam kerjaya. la berkeyakinan bahawa kesungguhan bekerja adalah suruhan agama yang perlu ditunaikan. Dengan demikian la akan membawa keluarganya keluar dari ruang lingkup kemiskinan yang menjadi salah satu musuh Islam yang boleh membawa kepada kekufuran seperti sabda Rasulullah s.a.w:

“Hampir-hampir kefakiran itu membawa kepada kekufuran”. (Riwayat Abu Naim )

Kesan Kepada Masyarakat, Negara Dan Ummah

Seseorang insan yang unggul akan memastikan hubungan kemasyarakatan dan keluarganya berada dalam satu ikatan yang jitu. Prinsip-prinsip hubungan kejiranan dan masyarakat di sekitarnya akan diasaskan kepada panduan-panduan yang digariskan oleh Islam. Firman Allah swt:

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) dan janganlah kamu bercerai berai…” ( Surah All Imran : 103 )

“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua-dua ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, jiran tetangga yang dekat, jiran tetangga yang jauh, rakan sejawat, orang musafir yang terlantar dan juga hamba sahaya yang kamu miliki” : ( Surah an-Nisa' : 36 )

Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:

“Hubungan orang mukmin dengan orang mukmin yang lain adatah seperti sebuah bangunan yang menguatkan antara satu sama lain”. (Riwayat at-Tabarani).

Setiap kelompok masyarakat perlu memberi perhatian berat kepada bidang pendidikan. Insan yang beruntung dalam sesebuah masyarakat akan memudahkan usaha dan perancangan untuk meningkatkan kualiti masyarakat melalui aktiviti pendidikan, pengajian dan muamalat.

Penghayatan agama juga sangat mustahak. Merekalah yang akan mengembangkan penghayatan ajaran Islam melalui aktiviti-aktiviti yang berfaedah melalui cara-cara yang formal atau tidak formal. Susasana ini bukan sahaja dapat melahirkan masyarakat yang harmoni dan berdisiplin, tetapi juga akan menampakkan masyarakat yang mempunyai imej yang tinggi serta mendapat keberkatan daripada Allah swt.

Seperti yang diketahui, keterampilan seseorang individu atau masyarakat dengan ilmu agama semata-mata tanpa ilmu duniawi adalah sesuatu yang tidak sempurna. Dalam erti kata lain, seseorang muslim perlu mendapatkan pengetahuan yang luas dan kemahiran yang tinggi dalam ilmu selain ilmu agama yang menjadi keperluan asasi. la meliputi ilmu ekonomi, politik dan sosial yang perlu diketahui sebagai alat untuk meletakkan diri masing-masing dalam arus perdana kehidupan bermasyarakat dan beragama. Dengan sebab itu bidang ekonomi, politik dan sosial mesti diketahui dan diceburi secara bersungguh-sungguh sekurang-kurangnya pada tahap yang paling asas. Bidang-bidang ini merupakan urusan hidup yang menjadi sebahagian penting yang dikehendaki oleh ajaran Islam seperti yang dijelaskan dalam firman Allah swt:

“Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan oleh Allah kepadamu (pahala dan kebahagiaan) hari akhirat dan jangan lah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekatanmu ) dari dunia”: ( Surah al-Qasas : 77 )

Selain bidang sosial dan ekonomi, bidang politik juga menjadi perkara yang penting dalam sesebuah masyarakat. Kestabilan politik sesebuah negara adalah berpunca daripada keunggulan dan kekuatan yang ada pada diri setiap individu, yang kemudiannya membentuk satu ikatan warga negara yang kukuh.

Apabila sesebuah masyarakat itu kukuh, akan lahir pula tokoh-tokoh berwibawa yang boleh diharap menjadi pemimpin bagi setiap kelompok masyarakat. Pemimpin ini pula perlu mempunyai ilmu, kemahiran dan sifat-sifat unggul sebagai pemimpin. Dia perlu diberi kepercayaan dan sokongan supaya masyarakat dan negara dapat dibawa kepada pencapaian matlamat kemakmuran hidup dan keredhaan Allah swt seperti yang dapat difahami daripada kisah negeri Saba' ( Yaman Tua ) yang diceritakan di dalam al-Quran :

“Demi sesungguhnya, adalah bagi penduduk negeri Saba' satu tanda (yang membuktikan kemurahan Allah) yang terdapat di tempat tinggal mereka, iaitu dua kumpulan kebun (yang luas lagi subur) yang terletak di sebelah kanan dan di sebelah kiri (kampung mereka). (Lalu dikatakan kepada mereka) : “Makanlah dari rezeki pemberian Tuhan kamu dan bersyukurlah kepada-Nya, (negeri karnu ini adalah) negeri yang baik (aman dan makmur) dan (Tuhan kamu adalah) Tuhan yang Amat Pengampun” : ( Surah Saba' : I5 ).

Dalam konteks kepentingan sejagat pula seseorang insan yang unggul akan mampu memimpin ummah di peringkat yang lebih luas. Kejayaan memimpin negara akan diikuti oleh negara lain sebagai model. Pemimpin yang berwibawa di arena antarabangsa ini diperintahkan oleh Islam supaya memberikan sumbangan untuk kesejahteraan ummah. Dengan itu tercapailah fungsi manusia sebagai khalifah Allah swt di atas muka bumi ini.

Penutup


Demikianlah antara kesan-kesan yang dapat dilahirkan oleh insan yang unggul dalam kehidupannya sama ada kepada diri, keluarga, masyarakat, negara dan ummah hasil daripada pegangan dan amalan terhadap nilai-nilai unggul seperti yang telah dinyatakan.