PRINSIP ESQ POWER
(Disarikan dari catatan Leila Fatmasari Rahman, Eindhoven, alumni ESQ training)
Pada dasarnya training ESQ mengenalkan kita pada apa yang disebut dengan ESQ Model. Suatu model pedoman hidup yang memanfaatkan kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual berdasarkan nilai-nilai dari rukun iman, rukun islam dan suara hati manusia yang terangkum dalam Asmaul Husna. ESQ model terdiri dari tiga tahap, yaitu penjernihan emosi (zero mind process) yang didasarkan pada Asmaul Husna, membangun mental (mental building) yang didasarkan pada rukun iman, serta ketangguhan pribadi dan sosial (personal and social strength) yang didasarkan pada rukun islam.
Bagian pertama training ESQ membahas soal tahap pertama ESQ model yaitu penjernihan emosi. Bagian kedua difokuskan kepada tahap membangun mental dan hari ketiga membahas detail soal ketangguhan pribadi dan sosial.
Pada tahap penjernihan emosi, kita berusaha menjernihkan belenggu-belenggu pikiran yang sering kali mencegah kita untuk mendengar suara hati. Dalam hati kita masing-masing, sebenarnya telah dihembuskan sifat-sifat fitrah manusia yang menyerupai sifat-sifat Tuhan. Kenapa bila kita melihat orang kesulitan, kita ingin menolong, bila kita melihat film heroik, kita akan merasa terharu, bila kita melihat teman menuntut ilmu untuk maju, kita pun ingin melakukan hal yang sama?
Karena dalam jiwa setiap manusia, tidak peduli apakah dia dari Asia, Amerika, Afrika, Australia atau Eropa, apakah dia Muslim, Kristiani, Hindu, Budha atau penganut kepercayaan lain, memiliki suara hati yang sama, yaitu suara hati pengasih dan penyayang, suara hati menjunjung tinggi integritas dan kesetiaan, suara hati ingin maju, dan berbagai suara hati lainnya. Suara hati ini menyerupai sifat-sifat Asmaul Husna, seperti Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Penolong, Maha Benar, Maha Menegakkan, Maha Mengetahui, dan lainnya yang berjumlah 99. Sifat-sifat inilah yang dihembuskan Allah kepada jiwa tiap insan manusia ketika dia berada dalam kandungan ibu. Tiap manusia memiliki suara hati ini, tapi volume suara ini berbeda-beda. Ada yang mendengarnya dengan jelas, ada yang mendengarnya dengan sayup-sayup, bahkan ada yang tidak mendengarnya sama sekali. Beberapa belenggu pikiran menyebabkan volume suara hati ini meredup. Belenggu-belenggu ini antara lain: prasangka, prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, pembanding, dan literatur. Pada training ESQ, kita dilatih untuk mengenali sifat fitrah manusia yang berupa suara hati tersebut dan kita diajak mengenali sifat-sifat Allah yang terangkum dalam Asmaul Husna. Kita juga disadarkan akan belenggu-belenggu pikiran yang sering kali menutupi suara hati kita, padahal suara hati ini sering kali memberi informasi penting dalam pengambilan berbagai keputusan, sehingga setiap keputusan yang kita ambil adalah keputusan terbaik yang akan membawa berkah dan diridhoi oleh Allah SWT. Selain itu, jika kita bertindak berdasarkan suara hati, Insya Allah akan menimbulkan reaksi positif dari orang lain, mengingat suara hati tersebut bersifat fitrah dan universal.
Berwudhu dan berzikir adalah salah satu cara efektif untuk menghilangkan belenggu-belenggu pikiran ini.
Bagian pertama juga membahas mengenai hubungan antara IQ, EQ dan SQ. Mengapa IQ dan EQ saja tidak cukup untuk menghadirkan kebahagiaan yang sejati. Ary Ginanjar membandingkan secara cerdas metode ESQ dengan metode IQ, EQ dan SQ yang diajukan oleh berbagai pemikir barat masa kini.
Bagian kedua membahas soal membangun mental. Ada enam prinsip yang perlu kita pegang untuk membangun mental cerdas yang kuat dan tidak mudah goyah. Enam prinsip ini didasarkan pada enam rukun iman. Prinsip-prinsip ini antara lain: star principle, angel principle, leadership principle, learning principle, vision principle dan well organized principle. Prinsip-prinsip ini dikenalkan dengan cara yang variatif, menarik, dan juga mengharukan. Pemberian materi disajikan dalam bentuk permainan, presentasi interaktif, pertunjukan dan juga renungan.
Star principle menyadarkan kita bahwa prinsip hidup yang paling penting bukanlah uang, anak, keluarga, jabatan, kesehatan, wanita, pendidikan atau yang lainnya. Hal-hal tersebut sifatnya tidak abadi, bisa hilang dalam sekejap mata, dan bahkan bisa membawa kita ke jurang kehancuran. Penyajian materi star principle meliputi survey dari peserta dan juga penjelasan dalam bentuk pertunjukan menarik yang dibawakan oleh para trainer. Renungan syahdu juga membuat peserta menangis tersedu-sedu menyadari betapa selama ini kita lebih mementingkan hal-hal yang bersifat duniawi dan mengesampingkan Allah SWT. Astagfirullah al-‘Azhim.
Prinsip kedua adalah angel principle. Prinsip ini mengajak kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik karena kita tahu segala perbuatan kita akan dicatat oleh malaikat Allah, dan kita mengharapkan balasan hanya dari Allah, bukan berupa penghargaan dari orang lain. Berbagai cerita dan pengalaman menarik dipresentasikan pada saat training. Banyak contoh perbuatan-perbuatan yang didasarkan oleh angel principle akan membawa berkah besar dari arah yang tidak diduga-duga.
Prinsip ketiga, atau leadership principle membahas soal tangga kepemimpinan yang terdiri dari: pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya, pembimbing, pemimpin yang berkepribadian dan pemimpin yang abadi. Ada banyak pemimpin besar di dunia ini muncul silih berganti, namun pengaruhnya hilang begitu mereka turun dari tampuk kekuasaan. Bahkan banyak pula yang berakhir dalam kehancuran. Pada training ESQ, peserta diberi permainan yang memberi gambaran akan sulitnya menjadi pemimpin dalam keadaan yang kacau. Lalu peserta akan dikenalkan kepada seorang pemimpin abadi, yang telah berhasil melewati lima tangga kepemimpinan tadi dengan sukses. Beliau tercantum pada urutan pertama seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah yang dikompilasi oleh Michael Hart pada tahun 1978. Pengaruhnya setelah beliau wafat terus bergema hingga 1400 tahun kemudian atau hingga masa kini. Beliau tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Perkataan dan tingkah lakunya menjadi panutan umat Islam di seluruh dunia dan bimbingannya membawa umat manusia ke arah yang lebih baik bahkan hingga masa kini. Shalawat dan salam kita tujukan kepada junjungan kita tercinta Nabi Muhammad SAW. Untuk menjadi pemimpin abadi, hendaklah kita mencontoh kepemimpinan para nabi dan rasul Allah yang memprinsipkan tindakannya pada suara hati yang fitrah yang berasal dari sifat Allah SWT.
Prinsip keempat adalah learning principle. Pembahasan mengenai prinsip ini diawali dengan pengenalan terhadap metode Kaizen yang dianut orang Jepang. Kaizen artinya proses penyempurnaan secara terus-menerus yang tiada henti. Orang Jepang selalu berusaha mempelajari teknologi dari bangsa barat lalu disempurnakan menjadi teknologi baru yang lebih baik. Dalam hal ini Kaizen juga berarti mengambil yang baik, membuang yang buruk dan menciptakan yang baru. Dalam training, kita akan dijelaskan mengenai bagaimana surat Al-Fatihah mengandung metode yang lebih dahsyat dari metode Kaizen jika saja kita menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Al-Qur’an mengandung berbagai ilmu dan kebenaran yang datangnya dari Allah SWT. Pesan-pesan yang terdapat di dalamnya hendaklah kita jadikan pedoman hidup dan kita gali maknanya dengan menggunakan ilmu pengetahuan. Banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menghimbau kita untuk terus menuntut ilmu, terus membaca, terus berpikir dan terus menyempurnakan segala sesuatunya. Banyak juga ayat-ayat Al-Quran yang telah terbukti kebenarannya lewat analisa ilmu pengetahuan masa kini. Dalam training ini kita juga ditunjukkan peninggalan-peninggalan ilmuwan muslim di masa kejayaan Islam. Subhanallah, betapa para ilmuwan muslim di Timur Tengah dan Eropa saat itu menguasai teknologi luar biasa canggih pada masanya. Semangat menggali ilmu yang sangat besar itu didorong oleh nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadist.
Prinsip kelima atau vision principle membahas bahwa kita sebagai muslim mempunyai visi hidup yang jelas. Visi kita paling utama, atau orientasi jangka panjang kita adalah hari kiamat. Pada hari ini kita ingin selamat dan diberi jalan ke pintu surga dengan mudah. Dengan visi yang jelas ini kita bisa menetapkan orientasi jangka menengah dan jangka pendek dalam mengarungi hidup di dunia ini, sehingga hidup kita selalu produktif dan tidak diisi dengan hal yang sia-sia. Para trainer ESQ akan menjelaskan seperti apakah orientasi jangka menengah dan jangka pendek ini.
Pada penjelasan mengenai prinsip keenam atau well organized principle, peserta diajak bermain game tiup balon. Tiap peserta diberi balon. Pada aba-aba yang sama, peserta meniup balon, dan melepaskannya, kemudian mengambil lagi balon yang telah terbang dan jatuh, ditiup lagi dan dilepaskan lagi hingga salah satu dari peserta sampai ke garis finish. Game ini memberi gambaran usaha dan takdir dalam hidup kita. Garis finish melambangkan tujuan yang ingin kita capai. Segala tindakan kita sebaiknya dimulai dengan menetapkan tujuan. Peniupan balon menggambarkan usaha yang kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ke mana arah balon terbang menggambarkan takdir akan usaha kita tadi, karena balon bisa saja terbang langsung ke arah garis finish, atau bisa juga melalui arah yang berliku-liku.
Bagian ketiga membahas mengenai ketangguhan pribadi dan sosial yang didasarkan pada lima rukun islam, yaitu bagaimana membentuk pribadi tangguh yang cerdas sosial melalui lima tindakan berikut: mission statement, character building, self controlling, strategic collaboration dan total action.
Tindakan pertama yang perlu dilakukan untuk membentuk pribadi tangguh adalah menyatakan misi hidup atau mission statement. Apakah misi hidup kita sebenarnya? Misi hidup kita adalah dua kalimat syahadat. Menyatakan atau bersaksi secara eksplisit bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, lalu menghayatinya dengan sungguh-sungguh, dan mendasarkan segala tindakan kita pada misi ini. Cerita mengenai kisah nabi Ibrahim akan menyadarkan apa arti misi hidup kita yang sebenarnya. Rasa haru meliputi ruangan ketika kita ditakjubkan oleh keteguhan Nabi Ibrahim dalam menjalankan misi hidupnya. Subhanallah, pertanyaan yang patut diajukan adalah, sejauh mana kita menjunjung misi hidup kita yang sebenarnya? Atau mungkin kita masih punya misi hidup lain? Yang mengedepankan hal-hal duniawi dibanding mencari ridho Allah SWT? Astagfirullah al-‘Azhim, sebaiknya kita sering-sering mengevaluasi diri. Jika kita mulai merasa resah, sedih dan tidak bahagia, mungkin kita sedang lupa akan misi hidup kita yang sebenarnya.
Sesi mengenai character building dimulai dengan penggambaran karakter orang Jepang yang disiplin dan pekerja keras. Mereka berpegang pada nilai-nilai yang selalu mereka ingat dan mereka ucapkan secara eksplisit tiap harinya. Terbukti bahwa kekuatan pengulangan adalah cara efektif untuk membentuk suatu karakter. Surat Al-Fatihah mengandung nilai-nilai yang menyerupai dan bahkan lebih baik dari nilai-nilai yang dianut orang Jepang tadi, karena nilai-nilai ini didasari oleh sifat-sifat Allah yang mulia. Surat Al-Fatihah ini dibaca berulang-ulang ketika kita sholat. Sehari kita membaca surah Al-Fatihah minimal sebanyak 17 kali. Jika kita menghayatinya dengan kushyu seharusnya kita mengingat dan menerapkan nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya, seperti sifat pengasih, penyayang, agung, besar, suci, empati, bersyukur, tinggi, damai, terpuji dan mulia, hingga sifat-sifat ini akan menjadi bagian dari karakter kita.
Untuk menyingkat artikel ini, saya akan melewati pembahasan mengenai tindakan self-controlling, strategic collaboration dan total action. Pembahasan ini bisa dibaca dalam buku ESQ yang saya cantumkan pada daftar pustaka atau mungkin sebagai kejutan pada saat mengikuti langsung training ESQ ini. Tentunya masih banyak kejutan lain yang akan ditemukan pada poin-poin yang telah saya bahas sebelumnya, karena artikel ini hanyalah berupa rangkuman dari rangkaian acara yang luar biasa padat dan sarat akan materi dan kegiatan. Sarana audio visual juga akan menambah pengalaman spiritualitas tersendiri.
Berdasar konspe ESQ Power, Ary Ginanjar telah secara brilian menggabungkan intelektualitas, nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist, pengalaman hidup, berbagai pengetahuan dalam bidang psikologi, sejarah, ilmu alam, ilmu sosial, ilmu komunikasi, ilmu bisnis, marketing, teknologi dan lain sebagainya menjadi suatu model ESQ yang terpadu, logis dan menyentuh. Namun perlu diingat bahwa sebuah model adalah representasi dari suatu realitas. Suatu realitas adalah hal yang kompleks, dan sebuah model biasanya bersifat tidak lengkap atau tidak menggambarkan seluruh aspek dari realitas tersebut. Pasti ada hal-hal detail yang tidak tercakup dalam model tersebut.
Untuk itu, selain menerapkan ilmu ESQ, ada baiknya kita mempelajari agama Islam dari berbagai aspek dan sumber sehingga kita memiliki pemahaman yang mantap dan terpadu. Dengan konesep ESQ ini, kita diingatkan untuk terus berusaha memperbaiki diri, terus menggali ilmu dan memanfaatkannya untuk menggapai ridho Allah SWT.
Daftar Pustaka
- Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001
- Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER: Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan. Jakarta: Arga, 2003.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment